Makalah
Pembelajaran Inovatif II
“Pendekatan
Open-ended”
Dosen Pembimbing:
Lestariningsih, S.Pd., M.Pd.
Oleh:
1.
Citra
Windihyanti F. (1431022)
2.
Dewi
Fatmawati (1431026)
3.
Lukamanul
Hakim (1431044)
4.
Mau’idatul
Jannah (1431049)
5.
Sigit
Prasetiyo (1431075)
6.
Afifatuz
Zakkiyah (1431090)
STKIP PGRI SIDOARJO
Jalan Kemiri, Telp.(031) 8950181, Fax.(031)
8071354, Sidoarjo.
Website : http://stkippgri-sidoarjo.ac.id
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
2016
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Open-ended
merupakan pendekatan pembelajaran yang menyajikan suatu permasalan yang
memiliki metode penyelesaian yang lebih dari satu. Jadi Open-ended memberi kesempatan yang luas kepada peserta didik untuk
mendapatkan pengetahuan, pengalaman merumuskan, mengenali, dan memecahkan
masalah dengan menggunakan lebih dari satu metode.
Tujuan pembelajaran melalui pendekatan open-ended yaitu untuk
membantu mengembangkan kegiatan kreatif dan pola pikir matematis siswa
melalui problem solving secara simultan. Dengan kata lain kegiatan
kreatif dan pola pikir matematis siswa harus dikembangkan semaksimal mungkin
sesuai dengan kemampuan setiap peserta didik agar aktivitas kelas yang penuh
ide-ide matematika memacu kemampuan berfikir tingkat tinggi peserta didik.
Pendekatan open-ended menjanjikan
suatu kesempatan kepada siswa untuk menginvestigasi berbagai strategi dan cara
yang diyakininya sesuai dengan mengelaborasi permasalahan. Tujuannya agar
kemampuan berpikir matematika siswa dapat berkembang secara maksimal dan pada
saat yang sama kegiatan-kegiatan kreatif dari setiap siswa dapat
terkomunikasikan melalui proses belajar mengajar. Pokok pikiran dari
pembelajaran dengan open-ended yaitu
pembelajaran yang membangun kegiatan interaktif antara matematika dan siswa
sehingga mengundang siswa untuk menjawab permasalahan melalui berbagai
strategi. Dengan kata lain pembelajaran matematika dengan pendekatan open-ended bersifat terbuka.
B.
Sejarah
Sejarah pendekatan Open-ended berasal dari Jepang
pada tahun 1970’an. Antara tahun 1971 dan 1976, Peneliti Jepang melaksanakan
serangkaian proyek penelitian pengembangan dalam metode mengevaluasi
keterampilan "berpikir tingkat tinggi" dalam pendidikan matematika
dengan menggunakan series Open-ended
pada tema tertentu (Becker dan Shigeru, 1997).
Pendekatan ini
dimulai dengan melibatkan siswa dalam masalah Open-ended yang mana
didesain dengan berbagai jawaban benar "tidak lengkap" atau "Open-ended".
Pembelajaran dengan pendekatan Open-ended
diawali dengan memberikan masalah terbuka kepada siswa.
Menurut Suherman dkk (2003; 123) problem yang diformulasikan
memiliki multi jawaban yang benar disebut problem tak lengkap atau disebut juga
open-ended problem atau
soal terbuka. Siswa yang dihadapkan dengan open-ended problem, tujuan utamanya bukan untuk
mendapatkan jawaban tetapi lebih menekankan pada cara bagaimana sampai pada
suatu jawaban. Dengan demikian bukanlah hanya satu pendekatan atau metode dalam
mendapatkan jawaban, namun beberapa atau banyak. Sifat “keterbukaan” dari suatu
masalah dikatakan hilang apabila hanya ada satu cara dalam menjawab
permasalahan yang diberikan atau hanya ada satu jawaban yang mungkin untuk
masalah tersebut.
C.
Karakteristik Pembelajaran
Matematika Berorientasi Pemecahan Masalah Kontekstual Open-ended
Seperti model pembelajaran lainnya, model pembelajaran
matematika yang dikembangkan ini juga
didukung oleh kerangka dasar dari
sebuah model yang terdiri atas 5 pilar yaitu:
1)
Sintaksis
Model
Pembelajaran Matematika Berorientasi Pemecahan Masalah Kontekstual Open-ended ini terdiri dari lima tahap utama (sintaks) yang
dimulai dari guru memperkenalkan kepada siswa suatu masalah dan diakhiri dengan
penyajian dan analisi hasil kerja siswa. Jika masalah yang dikaji sedang-sedang
saja, kelima tahapan mungkin dapat diselesaikan dalam 1 pertemuan tatap muka.
Namun bila masalahnya kompleks mungkin
akan memerlukan waktu lebih lama. Kelima tahapan ini dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Sintaks Pelaksanaan Pembelajaran
Matematika Berorientasi Pemecahan Masalah Kontekstual Open-ended
Kegiatan
Guru
|
Langkah-langkah
Utama
|
Kegiatan
Siswa
|
Memaparkan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik
yang diperlukan, dan memotivasi siswa agar terlibat pada aktivitas pemecahan
masalah
|
Tahap 1
Orientasi
siswa pada masalah matematika open-ended
|
Menginventarisasi
dan mempersiapkan logistik yang diperlukan dalam proses pembelajaran. Siswa
berada dalam kelompok yangteah ditetapkan
|
Membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan
tugas belajar yang berhubungan dengan masalah yang dipecahkan
|
Tahap 2
Mengorganisasi
siswa dalam belajar pemecahan masalah
|
Menginvestigasi
konteks masalah,mengembangkan berbagai persepektif dan pengandaian yang masuk
akal
|
Mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang
sesuai, melaksanakan trial and error/eksperimen untuk mendapatkan suatu
pemecahan yang masuk akal, mengulanginya lagi untuk mendapatkan kemungkinan pemecahan dan solusi
alternatif
|
Tahap 3
Membimbing
penyelidikan baik secara individual maupun didalam kelompok
|
Siswa
melakukan inkuiri investigasi, dan merumuskan kembali masalah, untuk
mendapatkan suatu kemungkinan pemecahan dan solusi yang masuk akal. Mengevaluasi strategi yang
digunakan untuk memperkuat argumentasi dan sekaligus untuk menyusun
kemungkinan pemecahan dan jawaban alternatif yang lain
|
Membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan
karya yang sesuai seperti ringkasan, laporan, model-model pemecahan masalah,
dan mambantu salam berbagai tugas dalam kelompok
|
Tahap 4
Mengembangkan
dan mempresentasikan hasil karya
|
Menyusun ringkasan atau laporan baik secara
individual atau kelompok dan menyajikannya dihadapan kelas dan berdiskusi
dalam kelas
|
Membantu siswa melakukan refleksi dan mengadakan
evaluasi terhadap penyelidikan dan proses-proses belajar yang mereka gunakan.
|
Tahap 5
Menganalisis dan mengevaluasi
proses pemecahan masalah. Evaluasi dengan penilaian autentik yang dilakanakan pada setiap
tahap.
|
Mengikuti
asesmen dan menyerahkan tugas-tugas sebagai bahan evaluasi proses belajar.
|
2)
Sistem Sosial
Sosial dari
model pembelajaran ini pada dasarnya
sama dengan sistem sosial model pembelajaran kooepratif yang berlandaskan
folosofi konstruktivisme terutama konstruktivisme sosial menurut Vigotsky.
Sistem sosial ini menekankan konstruksi pengetahuan
(knowledge construction) yang dilakukan setiap individu peserta didik
secara aktiv atas tanggungjawabnya sendiri, namun konstruksi individu tersebut
akan semakin kuat jika dilakukan secara berkolaboratif
dalam kelompok kooperaif yang mutual. Yaitu kelompok kooperatif yang
menekankan pada upaya terjadinya diskusi yang dilandasi rasa keterbukaan,
sehingga timbul rasa nyaman dan rasa persahabatan diantara kelompok peserta
didik dalam berkolaborasi untuk memecahkan masalah matematika yang dihadapi.
3)
Prinsip
Reaksi
Respons terhadap
proses dan kinerja peserta didik dalam memecahkan masalah didasarkan atas
prinsip “guru sebagai
fasilitator” dalam proses pembelajaran. Artinya sebagai fasilitator dalam
membantu siswa dalam proses pemecahan masalah open-ended.
Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan, yaitu
bahwa guru sebaiknya:
a.
Mencermati
bagaimana perbedaan pola pikir peserta didik terkait dengan proses dan kinerja
pemecahan yang dilakukan.
b.
Mencermati
kapan harus melakukan intervensi terhadap proses pemecahan masalah peserta
didik, bantuan dan nasehat apa yang terbaik yang harus diberikan, dengan tetap
meninggalkan substansi pemecahan masalah matematika tersebut sebagai tugas yang
harus dipecahkan sendiri oleh peserta didik, dan yang terpenting.
c.
Selalu
memposisikan diri sebagai “pebelajar” yang juga seolah-olah belum tahu solusi
dan prosedur pemecahan masalah matematika tsb, tetapi tetap berperan aktif bagaimana
memberikan rangsangan-rangsangan untuk meningkatkan rasa ingin tahu, rasa penasaran
dikalangan peserta didik untuk melakukan investigasi dan penyelidikan yang menuju pada
berbagai kemungkinan solusi dan pemecahan.
4)
Sistem
Pendukung
Untuk menunjang kelancaran pelaksanaan model
pembelajaran yang dikembangkan ini diperlukan perangkat pendukung yang paling
tidak terdiri dari (a) kumpulan atau bank masalah matematika open-ended, (b) rencana pembelajaran yang disusun atas
prinsip Problem based learning
dikombinasikan dengan pendekatan kooperatif, (c) Lembar kerja siswa (LKS) yang memuat
masalah-masalah matematika open-ended
dan (d) asesmen pembelajaran open-ended,
lengkap dengan pedoman penskoran/rubrik masalah matematika open-ended tersebut.
5)
Dampak
Pembelajaran dan Dampak Pengiring
Model yang dikembangkan dalam penelitian ini memiliki
dampak pembelajaran bagi peserta didik. Hal ini merupakan kompetensi matematis
yang ingin dicapai melalui Model Pembelajaran Matematika Berorientasi Pemecahan
Masalah Kontekstual Open-ended ini,
yaitu meliputi kompetensi peserta didik dalam:
a.
memengerti
konsep, prinsip dan ide-ide matematika
yang berhubungan dengan tugas matematika (conceptual understanding),
b.
memilih
dan menyelenggarakan proses dan strategi pemecahan masalah (processes and
strategies),
c.
menjelaskan
dan mengkomunikasikan mengapa strategi itu berfungsi (reasoning and
communication), dan
d.
mengidentifikasi
dan melihat kembali alasan-alasan mengapa solusi dan prosedur menuju solusi itu
adalah benar (interpret reasonableness).
Keempat kompetensi matematis ini akan dijadikan kriteria
dasar pengukuran mengenai efektifitas
model pembelajaran yang dikembangkan dalam penelitian ini. Selain dampak
pembelajaran tersebut, model pembelajaran ini juga diharapkan menimbulkan
dampak pengiring (nurturanteffect) yang berupa kesadaran dan pemahaman guru
terhadap karakteristik pembelajaran matematika berorientasi pemecahan masalah
matematika open-ended yang
bercirikan:
a.
menekankan proses belajar berorientasi pengembangan pemahaman yang mendalam (learning with understanding)
b.
menggunakan permasalahan kontekstual, yaitu permasalahan yang nyata atau dekat dengan
lingkungan dan kehidupan siswa atau
minimal dapat dibayangkan oleh siswa,
c.
mengembangkan kemampuan memecahkan masalah (problem solving), serta
kemampuan berargumentasi dan berkomunikasi secara matematis (mathematical
reasoning and communication),
d.
memberikan kesempatan yang luas untuk penemuan kembali (invention dan
re-invention) dan untuk membangun (construction dan re-construction) konsep,
definisi, prosedur dan rumus-rumus matematika secara mandiri,
e.
melatih cara berfikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya
melalui kegiatan penyelidikan, explorasi, experimen, dll.,
f.
mengembangkan kompetensi berfikir kreatif dan kritis (creative and critical thinking) yang melibatkan imajinasi,
intuisi, dan penemuan melalui convergence atau divergence thinking, orisinal, membuat prediksi dan
memcoba-coba (trial and error),
g.
menggunakan model (modelling), dan
h.
memperhatikan
dan mengakomodasikan perbedaan-perbedaan
kharakteristik individual siswa.
D.
Prinsip-Prinsip
Menurut Nohda (2000:1-39) pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan open-ended
mengasumsikan tiga prinsip, yakni sebagai berikut :
1.
Related
to the autonomy of student’ activities. If requires that we should appreciate
the value of student’ activities for fear of being just non-interfering.
“Terkait dengan otonomy kegiatan
siswa. Jika dibutuhkan kita harus menghargai nilai kegiatan siswa, karena takut
hanya tidak campur.”
2.
Related
to evolutionary and integral nature of mathematical knowledge. Content
mathematics is theoretical and systematic. Therefore, the more essential
certain knowledge is, the more comprehensively it derives analogical, special,
and general knowledge. Metaphorically, more essential knowledge opens the door
ahead more widely. At the same time, the essential original knowledge can
reflected on many times later in the course of evolution of mathematical
knowledge. This reflection on the original knowledge is a driving force to
continue to step forward across the door.
“Terkait dengan alam evolusi dan
integral dari pengetahuan matematika. Konten matematika adalah metematika
teoritis dan sistematis. Oleh karena itu, pengetshuan yang lebih penting
adalah, komperehensif berasal dari pengetahuan analogis, khusus, dan umum.”
3.
Related
to teachers’ expedient decision-making in class. In mathematics class, teachers
often encounter students’ unexpected ideas. In this bout, teachers have an
important role to give the ideas full play, and to take into account that other
students can also understand real amount of the unexpected ideas.
“Terkait dengan keputusan yang
diambil guru dalam kelas. Di dalam kelas seringkali guru menemukan jawaban di
luar dugaan. Ini berarti guru harus berperan aktif dalam menampilkan ide-ide
siswa tersebut secara utuh, dan memberi kesempatan kepada siswa lainnya untuk mematuhi ide-ide
tak terduga itu.
Jenis masalah yang digunakan dalam pembelajaran
melalui pendekatan open-ended ini
adalah masalah yang bukan rutin yang bersifat terbuka. Sedangkan dasar
keterbukaanya (openness) dapat
diklasifikasikan kedalam tiga tipe, yakni : Process
is open, end product are open dan
ways to develop are open. Prosesnya terbuka maksudnya adalah tipe soal yang
diberikan mempunyai banyak cara penyelesaian yang benar. Hasil akhir yang
terbuka, maksudnya tipe soal yang diberikan mempunyai jawaban benar yang banyak
(multiple), sedangkan cara pengembang
lanjutannya terbuka, yaitu ketika siswa telah selesai menyelesaikan masalahnya,
mereka dapat mengembangkan masalah baru dengan mengubah kondisi dari masalah
yang pertama (asli).
E.
Jenis-
Jenis
Shimada
& Becker(1997) 9 mengemukakan bahwa secara umum terdapat tiga tipe masalah
yang dapat diberikan, yakni menemukan pengaitan, pengklasifikasian, dan
pengukuran.
1.
Menemukan hubungan.
Siswa diberi fakta-fakta sedemikian
hingga siswa dapat menemukan beberapa aturan atau pengaitan yang matematis
2.
Mengklasifikasi.
Siswa ditanya untuk
mengklasifikasi yang didasarkan atas karaktersitik yang berbeda dari beberapa
objek tertentu untuk memformulasi beberapa konsep matematika.
3.
Pengukuran.
Siswa diminta untuk
menentukan ukuran-ukuran numerik dari suatu kejadian tertentu. Siswa diharapkan
menggunakan pengetahuan dan ketrampilan matematika yang telah dipelajarinya.
F.
Kelebihan
dan Kekurangan
Dalam pendekatan open-ended
guru memberikan permasalah kepada siswa yang solusinya tidak perlu ditentukan
hanya melalui satu jalan. Guru harus memanfaatkan keragaman cara atau prosedur
yang ditempuh siswa dalam memecahkan masalah. Hal tersebut akan memberikan
pengalaman pada siswa dalam menemukan sesuatu yang baru berdasarkan
pengetahuan, ketrampilan dan cara berfikri matematik yang telah diperoleh
sebelumnya. Ada beberapa keunggulan dari pendekatan ini, antara lain:
1.
Siswa memiliki kesempatan untuk
berpartisipasi secara lebih aktif serta memungkinkan untuk mengekspresikan
idenya.
2.
Siswa memiliki kesempatan lebih banyak
menerapkan pengetahuan serta ketrampilan matematika secara komprehensif.
3.
Siswa dari kelompok lemah sekalipun
tetap memiliki kesempatan untuk mengekspresikan penyelesaian masalah yang
diberikan denga cara mereka sendiri.
4.
Siswa terdorong untuk membiasakan diri
memberikan bukti atas jawaban yang mereka berikan.
5.
Siswa memiliki banyak pengalaman, baik
melalui temuan mereka sendiri maupun dari temannya dalam menjawab permasalahan.
Namun
demikian, pendekatan ini juga memunculkan berbagai kelemahan. Adapun
kelemanahan yang muncul antara lain :
1.
Sulit membuat atau menyajikan situasi
masalah matematika yang bermakna bagi siswa.
2.
Sulit bagi guru untuk menyajikan masalah
secara sempurna. Seringkali siswa menghadapi kesulitan untuk memahami bagaimana
caranya merespon atau menjawab permasalahan yang diberikan.
3.
Karena jawabannya bersifat bebas, maka
siswa kelompok pandai seringkali merasa cemas bahwa jawabannya akan tidak
memuaskan.
4.
Terdapat kecenderungan bahwa siswa
merasa kegiatan belajar mereka tidak menyenagkan karena mereka merasa kesulitan
dalam mengajukan kesimpulan secara tepat dan jelas.
Pembelajaran dengan pendekatan open-ended mengharapkan siswa tidak
hanya mendapatkan jawaban tetapi lebih menekankan pada proses pencarian suatu
jawaban. Pendekatan open-ended menjanjikan
suatu kesempatan kepada siswa untuk menginvestigasi berbagai strategi dan cara
yang diyakininya sesuai dengan kemampuan mengelaborasi permasalahan. Tujuannya
tiada lain adalah agar kemampuan berpikir matematika siswa dapat berkembang
secara maksimal dan pada saat yang sama kegiatan-kegiatan kreatif dari setiap
siswa terkomunikasi melalui proses belajar mengajar.
Inilah yang menjadi pokok pikiran pembelajaran
dengan open-ended, yaitu
pembelajaran yang membangun kegiatan interaktifantara siswa dan matematika dan
siswa sehingga mengundang siswa untuk menjawab permasalahan melalui berbagai
strategi.
Perlu digarisbawahi bahwa kegiatan matematik dan
kegiatan siswa disebabkan terbuka jika memenuhi tiga aspek berikut.
1.
Kegiatan siswa harus terbuka
Yang
dimaksud kegiatan siswa harus terbuka adalah kegiatan pembelajaran harus
mengakomodasi kesempatan siswa untuk melakukan segala sesuatu secara bebas
sesuai dengan kehendak mereka. Misalnya, guru memberikan permasalahan seperti
berikut kepada siswa: Dengan menggunakan berbagai cara, hitunglah jumlah
sepuluh bilangan ganjil pertama mulai dari satu! Dengan begitu siswa
berkesampatan melakukan beragam aktivitas untuk menjawab permasalahan yang di
berikan sesuai dengan pikiran dan kemampuannya.
2.
Kegiatan matematik adalah ragam berpikir
Kegiatan matematika adalah kegiatan
yang di dalamnya terjadi proses pengabstraksian pengalaman nyata dalam
kehidupan sehari-hari ke dalam dunia matematika atau sebaliknya. Pada dasarnya
kegiatan matematik akan mengundang proses manipulasi dan manifestasi dalam
dunia matematika.
3.
Kegiatan siswa dan kegiatan matematik
merupakan satu kesatuan.
Kegiatan
siswa dan kegiatan matematik dikatakan terbuka secara simultan dalam
pembelajaran, jika kebutuhan dan berpikir matematik siswa terperhatikan guru
melalui kegiatan-kegiatan matematik yang bermanfaat untuk menjawab permasalahan
lainnya. Dengan kata lain, ketika siswa melakukan kegiatan matematika untuk
memecahkan permasalahan yang diberikan, dengan sendirinya akan mendorong
potensi mereka untuk melakukan kegiatan matematikpada tingkatan berpikir yang
lebih tinggi. Dengan demikian, guru tidak perlu mengarahkan agar siswa
memecahkan permasalahan dengan cara atu pola yang sudah ditentukan, sebab akan
menghambat kebebasan berpikir siswa untuk menemukan cara baru menyelesaikan
permasalahan.
DAFTAR PUSTAKA
Dahar, Ratna Wilis. 1988. Teori-Teori
Belajar. Jakarta: P2LPTK, Dirjen Dikti Depdikbud.
Depdiknas. 2005. Teori Belajar Matematika. Bahan Pelatihan Terintegrasi Berbasis Kompetensi Guru SMP. Jakarta : Dit PLP, Ditjen Dikdasmen.
Depdiknas. 2005. Teori Belajar Matematika. Bahan Pelatihan Terintegrasi Berbasis Kompetensi Guru SMP. Jakarta : Dit PLP, Ditjen Dikdasmen.
Hudojo, Herman. 2005. Pengembangan
Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. Malang: Universitas Negeri Malang
Press.
Nohda, N.,
(2000). Learning and Teaching Through
Open-ended Approacrh Method. Dalam
Tadao Nakahara dan Masataka Koyama (editor) Proceeding of the 24th of the Intenational Group for the Psychology of
Mathematics Education. Hiroshima : Hiroshima University.
Shimada, S.,
& Becker J.P., (1997). The Open-Ended Approach. A New Proposal for
Teaching Mathematics. Virginia
: NCTM.
Soedjadi. 2000. Kiat
Pendidikan Matematika di Indonesia. Jakarta: Diten Dikti Depdiknas.
Suherman, Erman, et.al. 2001. Strategi
Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA-Universitas Pendidikan
Indonesia (UPI).
Wardhani, Sri. 2008. Analisis
SI dan SKL Mata Pelajaran Matematika SMP/MTs. Untuk.
Widyantini, Theresia. 2008. Permasalahan
Pembelajaran Statistik-Peluang SMP dan Alternatif Pemecahannya. Yogyakarta:
P4TK Matematika.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar