PEMBELAJARAN
INOVATIF II
“ Pembelajaran SAINTIFIK “
A.
SEJARAH METODE SCIENTIFIC
Metode scientific pertama kali
diperkenalkan ke ilmu pendidikan Amerika pada akhir abad ke-19, sebagai
penekanan pada metode laboratorium formalistik yang mengarah pada fakta-fakta
ilmiah (Hudson, 1996; Rudolph, 2005). Metode scientific ini memiliki
karakteristik “doing science”. Metode ini memudahkan guru atau pengembang
kurikulum untuk memperbaiki proses pembelajaran, yaitu dengan memecah proses ke
dalam langkah-langkah atau tahapan-tahapan secara terperinci yang memuat
instruksi untuk siswa melaksanakan kegiatan pembelajaran (Maria Varelas and
Michael Ford, 2008: 31). Hal inilah yang menjadi dasar dari pengembangan
kurikulum 2013 di Indonesia.
B.
PENGERTIAN PENDEKATAN SAINTIFIK
Pendekatan Saintifik adalah konsep dasar yang
mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari pemikiran tentang bagaimana
metode pembelajaran diterapkan berdasarkan teori tertentu. Kemendikbud (2013)
memberikan konsepsi tersendiri bahwa
pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam pembelajaran didalamnya mencakup
komponen: mengamati, menanya, menalar, mencoba/mencipta,
menyajikan/mengkomunikasikan. Metode ilmiah merujuk pada teknik-teknik
investigasi atas suatu atau beberapa fenomena atau gejala, memperoleh
pengetahuan baru, atau mengkoreksi dan memadukan pengetahuan sebelumnya. Untuk
dapat disebut ilmiah, metode pencarian (method of inquiry) harus berbasis pada
bukti-bukti dari objek yang dapat diobservasi, empiris, dan terukur dengan
prinsip-prinsip penalaran yang spesifik. Karena itu, metode ilmiah umumnya
memuat serangkaian aktivitas pengumpulan data melalui observasi atau ekperimen,
mengolah informasi atau data, menganalisis, kemudian memformulasi, dan menguji
hipotesis.
C.
DEFINISI PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK
Pembelajaran dengan pendekatan saintifik
adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik
secara aktif mengkonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan
mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah,
mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik,
menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau
prinsip yang “ditemukan”. Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan
pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan
ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak
bergantung pada informasi searah dari guru. Oleh karena itu, kondisi
pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan untuk mendorong peserta didik
dalam mencari tahu dari berbagai sumber
melalui observasi, dan bukan hanya diberi tahu.
Penerapan pendekatan
saintifik dalam pembelajaran melibatkan keterampilan proses seperti mengamati,
mengklasifikasi, mengukur, meramalkan, menjelaskan, dan menyimpulkan. Dalam
melaksanakan proses-proses tersebut, bantuan guru diperlukan. Akan tetapi
bantuan guru tersebut harus semakin berkurang dengan semakin bertambah
dewasanya siswa atau semakin tingginya kelas siswa.
D.
KARAKTERISTIK PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK
Pembelajaran dengan metode saintifik memiliki karakteristik sebagai
berikut:
1)
Berpusat pada
siswa.
2)
Melibatkan keterampilan
proses sains dalam mengkonstruksi konsep, hukum atau prinsip.
3)
Melibatkan proses-proses
kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan intelek, khususnya
keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa.
4)
Dapat mengembangkan
karakter siswa.
E.
TUJUAN PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK
Tujuan pembelajaran
dengan pendekatan saintifik didasarkan pada keunggulan pendekatan tersebut.
Beberapa tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah:
1)
Untuk meningkatkan
kemampuan intelek, khususnya kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa.
2)
Untuk membentuk
kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah secara sistematik.
3)
Terciptanya kondisi
pembelajaran dimana siswa merasa bahwa belajar itu merupakan suatu kebutuhan.
4)
Diperolehnya hasil
belajar yang tinggi.
5)
Untuk melatih
siswa dalam mengomunikasikan ide-ide, khususnya dalam menulis artikel ilmiah.
6)
Untuk mengembangkan
karakter siswa.
F.
PRINSIP-PRINSIP PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK
Beberapa prinsip pendekatan saintifik dalam kegiatan
pembelajaran adalah sebagai berikut:
1)
Pembelajaran berpusat
pada siswa.
2)
Pembelajaran membentuk
students’ self concept.
3)
Pembelajaran memberikan
kesempatan pada siswa untuk mengasimilasi dan mengakomodasi konsep, hukum, dan
prinsip.
4)
Pembelajaran mendorong
terjadinya peningkatan kemampuan berpikir siswa.
5)
Pembelajaran meningkatkan
motivasi belajar siswa dan motivasi mengajar guru.
6)
Memberikan kesempatan
kepada siswa untuk melatih kemampuan dalam komunikasi.
G.
KELEBIHAN PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK
Kelebihan Pendekatan Saintifik adalah :
1. Membuat guru memiliki keterampilan membuat RPP, dan menerapkan
pendekatan saintifik secara benar.
2. Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena
yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas
kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.
3. Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara
kritis, analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan
masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran.
H.
KEKURANGAN PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK
Kekurangan Pendekatan Saintifik adalah :
1. Konsep pendekatan saintifik masih belum dipahami,
apalagi tentang metode pembelajaran yang kurang aplikatif disampaikan.
2. Membutuhkan waktu pembelajaran yang lebih lama untuk
mewujudkan semua tahapan-tahapan yang ada pada pendekatan saintifik.
I.
LANGKAH-LANGKAH UMUM
PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK
Proses pembelajaran pada Kurikulum
2013 untuk semua jenjang dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan ilmiah
(saintifik). Langkah-langkah pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam
proses pembelajaran meliputi menggali informasi melaui pengamatan, bertanya,
percobaan, kemudian mengolah data atau informasi, menyajikan data atau
informasi, dilanjutkan dengan menganalisis, menalar, kemudian menyimpulkan, dan
mencipta.
Untuk mata pelajaran, materi, atau
situasi tertentu, sangat mungkin pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat
diaplikasikan secara prosedural. Pada kondisi seperti ini, tentu saja proses
pembelajaran harus tetap menerapkan nilai-nilai atau sifat-sifat ilmiah dan
menghindari nilai-nilai atau sifat-sifat nonilmiah. Pendekatan saintifik dalam pembelajaran disajikan sebagai berikut:
1.
Mengamati (observing)
Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran
(meaningfull learning). Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti
menyajikan media obyek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan
mudah pelaksanaannya. Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa
ingin tahu peserta didik. Sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan
yang tinggi. Kegiatan mengamati dalam pembelajaran sebagaimana disampaikan
dalam Permendikbud Nomor 81a,
hendaklah guru membuka secara luas dan
bervariasi kesempatan peserta didik untuk melakukan pengamatan melalui
kegiatan: melihat, menyimak, mendengar, dan membaca. Guru memfasilitasi peserta
didik untuk melakukan pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan (melihat,
membaca, mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek. Adapun
kompetensi yang diharapkan adalah melatih kesungguhan, ketelitian, dan mencari
informasi.
2.
Menanya (Questioning)
Guru perlu membimbing peserta didik
untuk dapat mengajukan pertanyaan, pertanyaan tentang yang hasil pengamatan
objek yang konkrit sampai kepada yang abstrak berkenaan dengan fakta, konsep,
prosedur, atau pun hal lain yang lebih abstrak. Pertanyaan yang bersifat
faktual sampai kepada pertanyaan yang bersifat hipotetik. Dari situasi di mana
peserta didik dilatih menggunakan pertanyaan dari guru, masih memerlukan
bantuan guru untuk mengajukan pertanyaan sampai ke tingkat di mana peserta
didik mampu mengajukan pertanyaan secara mandiri. Dari kegiatan kedua
dihasilkan sejumlah pertanyaan. Melalui kegiatan bertanya dikembangkan rasa
ingin tahu peserta didik.
Kegiatan “menanya” dalam kegiatan
pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013,
adalah mengajukan pertanyaan tentang
informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk
mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati (dimulai dari
pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik). Kompetensi
yang diharapkan dalam menanya adalah mengembangkan kreativitas, rasa ingin
tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu
untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat.
Mengumpulkan Informasi Kegiatan
“mengumpulkan informasi” merupakan
tindak lanjut dari bertanya. Kegiatan ini dilakukan dengan menggali dan mengumpulkan informasi
dari berbagai sumber melalui berbagai cara. Untuk itu peserta didik dapat
membaca buku yang lebih banyak, memperhatikan fenomena atau objek yang lebih
teliti, atau bahkan melakukan eksperimen. Dari kegiatan tersebut terkumpul sejumlah
informasi. Dalam Permendikbud Nomor 81a
Tahun 2013, aktivitas mengumpulkan informasi dilakukan melalui eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengamati objek/ kejadian/, aktivitas
wawancara dengan nara sumber dan sebagainya. Kompetensi yang diharapkan
adalah mengembangkan sikap teliti,
jujur,sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi,
menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang
dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat.
3.
Menalar (Associating)
Kegiatan “mengasosiasi/mengolah
informasi/menalar” dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam
Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013,
adalah memproses informasi yang sudah
dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen maupun
hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi. Pengolahan
informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman
sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai
sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan.
Kegiatan ini dilakukan untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan
informasi lainya, menemukan pola dari keterkaitan informasi tersebut. Kompetensi yang diharapkan
adalah mengembangkan sikap jujur,
teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur dan
kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan.
Aktivitas ini juga diistilahkan
sebagai kegiatan menalar, yaitu proses berfikir yang logis dan sistematis atas
fakta-kata empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa
pengetahuan. Aktivitas menalar dalam
konteks pembelajaran pada Kurikulum 2013 dengan pendekatan ilmiah banyak
merujuk pada teori belajar asosiasi atau pembelajaran asosiatif. Istilah
asosiasi dalam pembelajaran merujuk pada kemamuan mengelompokkan beragam ide
dan mengasosiasikan beragam peristiwa untuk kemudian memasukannya menjadi
penggalan memori.
Menarik kesimpulan Kegiatan menyimpulkan dalam pembelajaran dengan pendekatan
saintifik merupakan kelanjutan dari kegiatan
mengolah data atau informasi. Setelah menemukan keterkaitan antar
informasi dan menemukan berbagai pola dari keterkaitan tersebut, selanjutnya
secara bersama-sama dalam satu kesatuan kelompok, atau secara individual membuat kesimpulan.
4.
Mencoba (Experimenting)
Mencoba (experimenting) dimaksudkan untuk mengembangkan berbagai
ranah tujuan belajar, yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Aktivitas
pembelajaran yang nyata untuk ini adalah:
(1)
Menentukan tema
atau topik sesuai dengan kompetensi dasar menurut tuntutan kurikulum;
(2)
Mempelajari cara-cara
penggunaan alat dan bahan yang tersedia dan harus disediakan;
(3)
Mempelajari dasar
teoritis yang relevan dan hasil- hasil eksperimen sebelumnya;
(4)
Melakukan dan
mengamati percobaan;
(5)
Mencatat fenomena
yang terjadi, menganalisis, dan menyajikan data;
(6)
Menarik simpulan
atas hasil percobaan; dan
(7)
Membuat laporan
dan mengkomunikasikan hasil percobaan.
Agar pelaksanaan percobaan dapat berjalan lancar maka:
(1)
Guru hendaknya
merumuskan tujuan eksperimen yang akan dilaksanakan murid,
(2)
Guru bersama
murid mempersiapkan perlengkapan yang dipergunakan,
(3)
Perlu
memperhitungkan tempat dan waktu,
(4)
Guru
menyediakan kertas kerja untuk pengarahan kegiatan murid,
(5)
Guru
membicarakan masalah yanga akan yang akan dijadikan eksperimen,
(6)
Murid melaksanakan
eksperimen dengan bimbingan guru, dan
(7)
Guru
mengumpulkan hasil kerja murid dan mengevaluasinya, bila dianggap perlu
didiskusikan secara klasikal
Kegiatan pembelajaran dengan
pendekatan eksperimen atau mencoba dilakukan melalui tiga tahap, yaitu,
persiapan, pelaksanaan, dan tindak lanjut. Ketiga tahapan eksperimen atau
mencoba dimaksud dijelaskan berikut ini.
a.
Persiapan
Menentapkan tujuan eksperimen Mempersiapkan alat atau bahan Mempersiapkan tempat eksperimen sesuai dengan
jumlah peserta didikserta alat atau bahan yang tersedia. Di sini guru perlu
menimbang apakah peserta didik akan melaksanakan eksperimen atau mencoba secara
serentak atau dibagi menjadi beberapa kelompok secara paralel atau bergiliran Memertimbangkan masalah keamanan dan
kesehatan agar dapat memperkecil atau menghindari risiko yang mungkin timbul
Memberikan penjelasan mengenai apa yang harus diperhatikan dan tahapa- tahapan
yang harus dilakukan peserta didik, termasuk hal-hal yang dilarang atau
membahayakan.(Buku Pelatihan Implementasi Kurikulum: 208).
b.
Pelaksanaan
Selama
proses eksperimen atau mencoba, guru ikut membimbing dan mengamati proses
percobaan. Di sini guru harus memberikan dorongan dan bantuan terhadap
kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh peserta didik agar kegiatan itu berhasil
dengan baik. Selama proses eksperimen atau mencoba, guru hendaknya
memperhatikan situasi secara keseluruhan, termasuk membantu mengatasi dan
memecahkan masalah-masalah yang akan menghambat kegiatan pembelajaran.
c.
Tindak lanjut
Peserta
didik mengumpulkan laporan hasil eksperimen kepada guru. Guru memeriksa hasil
eksperimen peserta didik. Guru memberikan umpan balik kepada peserta didik atas
hasil eksperimen. Guru dan peserta didik mendiskusikan masalah-masalah yang ditemukan
selama eksperimen. Guru dan peserta didik memeriksa dan menyimpan kembali segala
bahan dan alat yang digunakan.
5.
Mengkomunikasikan (Networking)
Pada pendekatan scientific, guru
diharapkan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengkomunikasikan apa
yang telah mereka pelajari. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui menuliskan
atau menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi,
mengasosiasikan dan menemukan pola. Hasil tersebut disampikan di kelas dan
dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta didik atau kelompok peserta
didik tersebut. Kegiatan “mengkomunikasikan” dalam kegiatan pembelajaran
sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, adalah menyampaikan hasil pengamatan,
kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media
lainnya. Adapun kompetensi yang diharapkan dalam kegiatan ini adalah
mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis,
mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan
berbahasa yang baik dan benar.
J.
PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM PEMBELAJARAN
Kegiatan
pembelajaran meliputi tiga kegiatan pokok, yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan
inti, dan kegiatan penutup.
Kegiatan pendahuluan,
bertujuan untuk menciptakan suasana awal pembelajaran yang efektif yang
memungkinkan siswa dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Sebagai
contoh ketika memulai pembelajaran, guru menyapa anak dengan nada bersemangat
dan gembira (mengucapkan salam), mengecek kehadiran para siswa dan menanyakan
ketidakhadiran siswa apabila ada yang tidak hadir. Dalam metode saintifik
tujuan utama kegiatan pendahuluan adalah memantapkan pemahaman siswa terhadap
konsep-konsep yang telah dikuasai yang berkaitan dengan materi pelajaran baru
yang akan dipelajari oleh siswa. Dalam kegiatan ini guru harus mengupayakan
agar siswa yang belum paham suatu konsep dapat memahami konsep tersebut,
sedangkan siswa yang mengalami kesalahan konsep, kesalahan tersebut dapat
dihilangkan.
Kegiatan inti, merupakan
kegiatan utama dalam proses pembelajaran atau dalam proses penguasaan
pengalaman belajar (learning experience) siswa. Kegiatan inti dalam
pembelajaran adalah suatu proses pembentukan pengalaman dan kemampuan siswa
secara terprogram yang dilaksanakan dalam durasi waktu tertentu. Kegiatan inti
dalam metode saintifik ditujukan untuk terkonstruksinya konsep, hukum atau
prinsip oleh siswa dengan bantuan dari guru melalaui langkah-langkah kegiatan
yang diberikan di muka.
Kegiatan penutup,
ditujukan untuk dua hal pokok. Pertama, validasi terhadap konsep, hukum atau
prinsip yang telah dikonstruk oleh siswa. Kedua, pengayaan materi pelajaran
yang dikuasai siswa.
K.
PENERAPAN
PENDEKATAN SAINTIFIK PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS VII SMP MATERI
PECAHAN
Scientific
Mathematic merupakan
proyek Eropa yang melibatkkan kerjasama interdisiplinary antara
matematika dan ilmu pengetahuan. Hal ini bertujuan untuk mengembangkan
pembelajaran ke arah belajar yang komprehensif dan multidimensional mengenai
isi dan konsep matematika. Ide dasarnya adalah untuk mendorong pembelajaran matematika
dalam konteks ilmiah dan kegiatan siswa (Beckmann, 2009: 9). Kemudian disebutkan
bahwa pendekatan ini mengaitkan antara matematika dengan ilmu pengetahuan, sehingga
siswa akan mempelajari matematika dengan cara yang menarik. Belajar dengan berkegiatan
akan berkontribusi terhadap pemahaman intuitif matematika siswa. Dengan kata
lain, belajar matematika yang baik adalah mengalami atau berkegiatan.
Pada
pembelajaran matematika, langkah – langkah pendekatan scientific ini
terdiri dari pengumpulan data dari percobaan, pengembangan dan peyelidikan
suatu model matematika dalam bentuk representasi yang berbeda, dan refleksi
(Beckmann et al, 2009: 9). Pendekatan scientific pada kurikulum 2013
yang diterapkan di Indonesia menjabarkan langkah-langkah pembelajaran tersebut
menjadi lima, yaitu: mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan
mengkomunikasikan (Kemendikbud, 2013).
L.
CONTOH PENGGUNAAN 5M DARI PEMBELAJARAN SAINTIFIK KEDALAM PEMBELAJARAN
MATEMATIKA
Kita
ambil salah satu materi yang ada dalam pembelajaran matematika yakni materi
mengenai jaring-jaring kubus. Sebelumnya dalam proses belajar mengajar
tersebut, kita bisa membagi peserta didik menjadi 5 kelompok dan kita berinama
kelompok A B C D dan E. Setelah itu kita bagikan masing-masing kelompok 2 buah
kubus yang sama. Dan kita meminta mereka untuk menggunting ruas-ruas garis pada
sisi kubus tersebut tapi, jangan sampai ruas-ruas garis itu putus.
Berikut ini contoh penggunaan 5M pada
proses belajar mengajar tersebut
1.
Mengamati
Dalam proses ini mereka akan mengamati
kira-kira jika mereka menggunting ruas-ruas garis pada sisi kubus yang
berdekatan maka akan terbentuk suatu bangun datar.
2. Menanya
Masing-masing
anggota akan memberi pendapat ruas-ruas garis pada sisi yang mana yang akan
terlebih dahulu digunting. Sementara guru hanya memberi pengarahan saja.
3.
Mencoba
Setelah
itu mereka akan mulai mencoba menggunting ruas-ruas garis dari sisi yang telah
mereka sepakati, misalnya dari sisi bagian alas.
4.
Mengolah
Setelah semua sisi di gunting membentuk
jaring, kemudian mereka mencoba merangkai atau menyatukan kembali ruas-ruas
garis berdasarkan lipatan yang masih terlihat tersebut, apakah akan membentuk
suatu kubus kembali ? Jika ia, maka jaring-jaring yang mereka hasilkan
merupakan salah satu jaring-jaring kubus.
5.
Mempresentasikan
Setelah kegiatan diatas selesai, maka
mereka akan mempresentasikan hasil atau bentuk jaring-jaring kubus yang mereka
hasilkan. Dan tiap-tiap kelompok akan mempresentasikan hasilnya juga. Sehingga
akan di dapat jaring-jaring kubus yang berbeda.
Itulah salah satu contoh penerapan
saintifik dalam pembelajaran matematika.
DAFTAR
PUSTAKA
Beckmann,
A et al. 2009. The ScienceMath Project. Germany: The ScienceMath-Group.
Bell,
F.H. 1978. Teaching and Learning Mathematics. Iowa:WBC
Hodson,
D. (1996). Laboratory work as scientific method: Three decades of confusion and
distortion. Journal of Curriculum Studies, 28(2), 115-135.
Kemdikbud.
2013. Kompetensi Dasar Matematika SMP/MTs. Jakarta :Kemdikbud
Kemdikbud. 2013. Pendekatan Scientific (Ilmiah)
dalam Pembelajaran . Jakarta: Pusbangprodik.
PPPPTK-SB Yogyakarta, (2013), Materi Pelatihan
Implementasi Kurikulum 2013 Untuk Pengawas Sekolah, Penerbit Kementerian
Pendidikan dan Kerbudayaan RI, Jakarta 2013
PPPPTK SB Yogyakarta. 2013. “Pendekatan &
Startegi pembelajaran” Bahan Ajar Diklat Calon Fasilitator TOT IN 2
Implementasi Kurikulum 2013 bagi Kepala Sekolah dan Pengawas Lampiran IV
,Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81a Tahun
2013, Tentang Implementasi Kurikulum Pedoman Umum